Introduction Facts :
- Mereka yang memiliki gangguan pendengaran lebih suka disebut tuli dari pada tunarungu. Kenapa ? karena tunarungu diartikan sebagai pendengaran rusak, menunjukkan keterbatasan dari sebuah fungsi. Beda arti dengan tuli yang merupakan istilah budaya atau cara komunikasi yang berbeda.
- Orang bisu belum tentu tuli, tapi orang tuli sudah pasti bisu/sulit bicara.
- Teman tuli sebutan untuk orang spesial yang tidak bisa mendengar.
- Teman dengar sebutan untuk kita orang yang “normal”.
Melihat suara
Melalui buku ini Oliver Sacks mempersembahkan petualangan menuju dunia yang menakjubkan dari teman teman tuli. Banyak kejadian yang menggambarkan ketidakadilan yang diterima oleh teman teman tuli. Bahkan hingga hari ini banyak orang yang aku temui belum aware mengenai bahasa isyarat karena bahasa isyarat bahasa yang kurang “nyata” seperti bahasa Indonesia atau Inggris.
Bagian pertama buku, Sacks menceritakan mengenai bagaimana teman tuli mendapati bahasa isyarat selama periode abad 18. Berjalan hingga 100 tahun kemudian muncul teori yang kurang tepat di dunia pendidikan yang menyebutkan akan lebih baik jika mereka belajar untuk berbicara seperti orang normal. Sangat sulit membaca bagian ini tanpa merasakan sedih dan marah disaat yang bersamaan.
Sacks menunjukkan terlahir sebagai tuli itu sangat berat dan berpotensi membuat frustasi, karena anak tuli tidak dapat mendengar orang berbicara dan mengakibatkan mereka tidak bisa belajar berbicara, sehingga mereka kehilangan akses menuju bahasa, komponen yang penting dalam hidup kita.
Namun yang aku pahami pada akhirnya bahasa tidak harus berupa ucapan, melainkan bisa berupa visual, dan orang tuli menghasilkan bahasa visual, bahasa isyarat, di mana pun mereka berada dan dimana pun mereka bertemu.
“Saya tidak tahu menahu tentang tuli… Tidak tahu dan tidak peduli”
Sejujurnya aku sendiri relatif tidak tahu tentang tuli, mungkin karena aku tidak mengenal mereka hingga beberapa tahun yang lalu. Aku bertemu gadis remaja tuli yang saat ini menjadi adikku, Dia selalu membuatku penasaran dan sangat ingin tahu tentang dunia senyap miliknya.
Banyak pelajaran yang aku dapatkan dari buku ini, menceritakan perjuangan mereka untuk diterima masyarakat sangat kuat dan pedih, dan membuatku kembali ingat nikmat tuhan mana lagi yang ingin didustakan ?
Referensi :
- Sacks, O. (1989). Seeing Voices. United States : University of California Press.
- https://difabel.tempo.co/read/1101923/alasan-istilah-tuli-lebih-disarankan-ketimbang-tunarungu
7 Comments
Leave a Comment
You must be logged in to post a comment.
Kadang aq pun juga amaze dengan teman tuli yang bisa dibilang kekurangan, mereka kurang beruntung karena tak bisa mengenyam pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasan ekonomi. Tapi salutnya mereka ttp bisa berkomunikasi dengan teman dengar dengan bahasa isyarat yg mereka ciptakan sendiri. Teman tuli menurutku salah satu makhluk Allah yang bs menerima dengan legowo atas apa yg diberikan Gusti Allah.
Yup, respek ke teman tuli dan teman difabel lainnya. Kita bisa banyak belajar dari mereka
kebetulan tukang cukur langgananku di Tulungagung itu tuli , dan untuk potong disana juga harus tau beberapa “bahasa isyarat potong rambut” karna mas-nya kurang jelas dalam bercakap ,dan mas-nya itu tukang cukur tercepat + rapi yang pernah tak rasakan, 😮
kadang juga waktu kesana pas dia sedang kumpul sama teman tuli lainnya,
liat momen iku jadi inget terus bahwa Tuhan selalu adil dalam menciptakan, dibalik kekurangan pasti selalu ada kelebihan.
Weh salut !
Kabari lokasine dong, sapa tau pas ke tulungagung dalam kondisi gondrong bisa mampir kesana 😀
Terimakasih sudah menyempatkan mampir rana dan syahrul :’)
“nikmat tuhan mana lagi yang ingin didustakan ?”
banyak dari kita yang sering lupa untuk bersyukur kak, termasuk aku :’)
:’)