Find Purpose with Emotional Balance
Selalu berfikir positif apakah baik untuk diri kita?
Selayaknya konsep yin dan yang yang berbicara tentang keseimbangan, rasa senang dan sedih haruslah dirasakan secara adil. Jika terlalu terpaku pada hal positif dan mengabaikan emosi lainnya, maka kita mengalami kondisi istilah toxic positivity. Kondisi ini biasanya sering terjadi dalam masyarakat umum atau bahkan kita sendiri sering merasakannya.
Daripada mengabaikan dan menekan emosi negatif, sebaiknya merasakan emosi tersebut, terima keadaan yang terjadi dan mencoba untuk melihat sisi terangnya. Tidak perlu berlama-lama larut dalam emosi negatif. Dari kesadaran akan emosi yang dialami, kita bisa menemukan kekuatan untuk bangkit kembali dan mencari solusi yang tepat.
Energi tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dihilangkan, namun energi bisa diubah atau ditransfer.
Hadapi emosi negatif tersebut dan cari cara yang sehat untuk mengatasinya. Misalnya, bisa dengan membicarakan masalah yang dialami kepada orang terdekat. Dengan demikian, kita akan merasa lebih lega dibandingkan harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.
Sesuai dengan hasil riset dari Hartman Institute, yaitu sebuah lembaga riset di Amerika. Yang mengeluarkan fakta ternyata hati(heart) jauh lebih powerful dari otak(brain). Dari riset tersebut menyimpulkan bahwa yang terpenting bukan berfikir positif namun yang terpenting ialah merasa positif.
Cobalah sekali duakali rasakan dan renungkan apakah apa yang anda lakukan sekarang adalah hal yang benar-benar anda lakukan secara sadar dan membuat diri anda bahagia setelah melakukannya. Refleksikan kembali apakah masih sesuai dengan visi hidup anda beberapa tahun yang lalu dan apakah masih on track dengan tujuan hidup anda kedepannya.