Mengubah pola berpikir

Banyak sekali orang tua yang salah mendidik anak sehingga mereka banyak yang terjebak dalam dunia fixed mindset, yaitu berpikir bahwa dirinya terbatas hanya bisa melakukan hal itu itu saja dan condong menyalahkan kelemahan dalam diri mereka. Mereka menganggap kegagalan adalah akhir dari segalanya dan tidak bisa diperbaiki karena bagi mereka takdir tidak bisa diubah.

Dalam teori growth mindset seharusnya seorang orang tua harus menghargai proses belajar anaknya daripada hasil yang dicapainya. Ketika anak merasa dihargai usahanya maka secara tidak langsung ia akan termotivasi dan terus berusaha agar mendapat hasil yang lebih baik lagi. Tidak sedikit orang tua mengharapkan anaknya menjadi pinter tapi tidak memberikan dukungan dalam proses anak belajar. Orang tua kebanyakan bangga dengan nilai rapor bagus, hal itulah yang menjadikan banyak generasi penerus yang akan menjadi golongan fixed mindset.

Hal kecil seperti dukungan ataupun apresiasi akan menjadikan anak terbentuk menjadi seorang growth mindset. Maka dari itu lingkungan yang saling mendukung tentunya akan berpengaruh besar pada pola pikir seseorang. Seseorang harus yakin bahwa proses lebih penting daripada hasil akhir, dengan itulah seseorang akan lebih berani berpikir maju kedepan.

Sebagai contoh pengalaman saya sendiri. Saya dididik kedua orang tua saya untuk lebih menghargai proses. Lebih baik nilai biasa-biasa saja dari pada nilai bagus namun hasil curang atau mencontek. Nilai-nilai semacam itu sudah ditanamkan oleh kedua orang tua saya sejak saya kecil, sehingga secara perlahan tertanam pada diri saya bahwa menghargai proses itu penting. Tidak hanya menginginkan hasil secara instant namun juga dilihat dari rintangan-rintangan yang dilewati saat berjuang menuju hasil tersebut. Tidak jarang juga saya gagal mendapatkan apa yang saya inginkan seperti contoh mendaftar SBMPTN. Orang tua saya tetap mensupport saya dan mengatakan “its okay“.

Tidak apa-apa, kamu hebat kamu sudah berjuang maksimal, kalau memang belum rezeki mau gimana lagi.

Kata penyemangat seperti itulah yang membuat saya tetap mau berusaha walaupun tidak di Perguruan Tinggi yang saya inginkan. Dalam diri saya tetap merasa bahwa memang tanggung jawab saya untuk belajar, mencari ilmu, mencari pengalaman. Toh pada akhirnya saya sadar memang berproses itu asyik!

Referensi: kompasiana

Leave a Comment

You must be logged in to post a comment.