Pak Dosen, Mengapa Tidak Ada Mata Kuliah “Kreativitas” Sih?

Pertanyaan bagus anak muda! Mari kita bahas bersama. 

“Mengapa kamu tiba-tiba tanya seperti ini?”, tanya pak dosen

“Ya nganu pak, karena sekarang ini kan semuanya -entah individu maupun kelompok- harus bisa melahirkan inovasi untuk dapat bersaing dalam berbagai hal”, jawab si mahasiswa.

“Lalu?”, tanya pak dosen lagi.

“Nganu pak, inovasi kan lahir dari pemikiran kreatif pak?”, tambah si mahasiswa dengan meyakinkan. 

“Itu mengapa kamu ingin ada mata kuliah “kreativitas” biar banyak pemikir-pemikir kreatif?”, lanjut pak dosen bertanya lagi.

“Nganu pak, bukan kepinginnn, saya cuma tanya aja. Hehehe”, jawab si mahasiswa di barengi dengan tawa teman-teman satu kelas dan dilanjutkan dengan penjelasan bapak dosen -begini penjelasannya-

“Memang benar bahwa salah satu cara untuk bersaing di jaman modern seperti sekarang ini yang banyak orang mulai berbisnis, lahirnya berbagai startup hingga perkembangan teknologi yang begitu pesat adalah dengan melahirkan berbagai inovasi. Benar juga bahwa inovasi itu terlahir dari pemikiran-pemikiran kreatif. Lalu apa sih kreativitas itu? Sebelum menjawab ini, mari simak cerita singkat yang pernah saya baca beberapa waktu yang lalu di buku berjudul “Kreativitas Itu Dipraktekin” karangan Tim Wesfix. Jadi begini…

“Dahulu kala, di sebuah desa seorang petani terjerat utang yang sangat besar pada seorang lintah darat yang culas, curang, dan doyan perempuan termasuk kepada anak si petani. Maka pada suatu hari lintah darat ini mengusulkan suatu perjanjian. 

Ia mendatangi petani tersebut dan menawarkan penghapusan seluruh utangnya, dengan syarat ia minta dinikahkan dengan anak perempuannya. Mendengar hal ini, baik petani maupun anaknya menghadapi dilema. Oleh karena itulah, si lintah darat mengajak keduanya untuk bertaruh saja pada nasib. Biarkan nasib yang menentukan

Ia mengatakan pada mere ka: aku akan mengambil satu kerikil hitam dan satu kerikil putih, lalu memasukkannya ke dalam sebuah kantong kosong. Lalu, biarkan anak gadismu mengambil salah satu kerikil dari kantong tersebut tanpa melihat. Jika yang di ambilnya kerikil hitam, dia harus jadi istriku dan utangmu lunas. Jika ia mengambil kerikil putih, dia tidak perlu menikahiku dan utangmu pun lunas. Namun jika dia tidak mau mengambil, kamu akan ku penjarakan!

Saat mereka sedang diskusi, si lintah darat tersebut dengan cepat mengambiil dua buah kerikil. Namun si Gadis ini sangat jeli dan melihat bahwa kedua kerikil yang di ambil si lintah darat adalah kerikil hitam! Kemudian, ia meminta si Gadis untuk segera mengambil. Ini artinya alternatif pilihan se Gadis hanya ada dua, yaitu pasrah saja mengambil batu atau ia menolak untuk mengambil

Namun gadis ini tidak melakukan alternatif itu. Ia mengambil satu kerikil di kantong dan dengan sengaja menjatuhkannya sehingga bercampur dengan kerikil-kerikil lain. “Aduh, aku tidak sengaja. Aku sendiri belum melihat batunya. Jadi lebih baik, kita lihat saja kerikil apa yang tersisa di kantong.””

Nah, cerita itu adalah salah satu contoh kreatifitas. Tentu kreatifitas bukan sebatas hal-hal seperti itu. Kreatifitas bisa dalam berbagai bidang, misalnya desain, seni, problem solving, dan masih banyak lagi. Lalu balik lagi ke pertanyaan awal, apa itu kreatifitas?

Creativity = knowledge + moment.

Tanpa pengetahuan, saya tidak bisa menemukan berbagai hal kreatif. Banyak statement yang mengatakan bahwa kreatif itu adalah “out of the box”. Itu memang benar, namun saya tidak bisa berpikir “out of the box” kalau saya tidak tahu box nya itu seperti apa. Saya ada di box yang seperti apa, box-box lain di luar sana itu seperti apa? Pertanyaan ini bisa saya jawab dengan belajar sehingga pengetahuan yang saya miliki bertambah. Kreatif juga berkaitan dengan moment. Tanpa moment ide-ide yang “di gaungkan” tidak akan melahirkan sebuah inovasi. Dan jangan lupa bahwa moment itu dapat diciptakan. Saya akan kehabisan banyak waktu hanya untuk menunggu moment!

Nah, berpikir kreatif ini bisa di biasakan juga, caranya dengan selalu menanyakan “apa yang perlu di perbaiki” (questioning). Kemudian cari informasi apa yang berkaitan dengan itu (exploring) dan simpulkan dengan simpel (crafting). Bermainlah dengan ide-ide kreatif dalam mencari solusi (playing) dan pritoritaskan ide-ide tersebut, mana yang perlu di potong, mana yang jadi fokus (cutting). Lalu rancang langkah-langkah atas ide tadi (planning) dan jangan lupa untuk membagikan ide itu kepada partnert agar mendapat feedback (sharing). Kemudian yang paling penting adalah lakukan ide tersebut (doing). Nah, jadi seperti itu.. “, panjang lebar pak dosen menerangkan.

“Zzzzzz…”, dengkur para mahasiswa.

“Ealah baru dikasih pengertian “kreatif” saja sudah pada tidur, gitu kok minta dijadikan mata kuliah”, Batin pak dosen lalu keluar meninggalkan kelas. 

Kamu merasa artikel ini menarik dan bermanfaat? Bagikan ke temanmu sekarang yuk!

Leave a Comment

You must be logged in to post a comment.